LeonnieFM.com

Posted by LeonnieFM at 11:51 AM

Friends, thank you for visiting 3Popok. I have moved everything and will post my future writings in LeonnieFM

Teman semua, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini. Kunjungan anda semua ke blog ini teramat sangat berharga. Saya tidak berniat menutup blog ini karena begitu banyak alasan penting dan positif, namun selanjutnya saya akan lebih konsentrasi membangun:
Di sana kedua blog saya terdahulu akan disatukan. Untuk pembaca 3Popok, saya menampung semua artikel dalam 1 kategori yaitu 3Popok yangs seterusnya akan saya upayakan diisi oleh informasi-informasi seputar wanita, anak dan keluarga dalam bahasa Indonesia, karena memang sejak awal saya bercita-cita memiliki sebuah wacana berbagi informasi membangun kepada wanita Indonesia.

Silahkan tinggalkan pesan pada shoutmix-box yang tersedia di sidebar, jika anda memiliki situs dengan misi sejenis. Saya ingin mencantumkan situs anda dalam blogroll saya.

Sampai berjumpa di LeonnieFM.com

Tepuk Tangan untuk kita: Penutupan Fasilitas Download dan Upload Data Siswa

Posted by LeonnieFM at 9:18 PM

Kami baru saja membuka situs Diknas di mana sebelumnya kami dapat dengan bebas mengunduh data siswa lengkap, kini bukan saja hanya tersedia data yang telah dihilangkan sebagian (tanpa alamat dan tempat/tanggal lahir), tapi juga telah muncul sebuah pop-up bertuliskan:

Mohon maaf fasilitas download data siswa secara online real time
telah ditutup. Selanjutnya mohon menghubungi Kantor Dinas
Pendidikan Kota/Kabupaten setempat untuk melakukan verifikasi dan
validasi data siswa dimaksud. Mohon maaf atas ketidaknyamanan
layanan online ini.

Ttd.
Admin Dapodik



Di halaman muka situs itu juga tersedia pengumuman ini:

Pengumuman

Penutupan Fasilitas Download dan Upload Data Siswa

Berkenaan dengan berakhirnya jangka waktu upload pemutakhiran data siswa (NISN) dan sekolah (NPSN) per 1 Oktober 2008 dan proses verifikasinya. Seiring juga dengan masukan dari masyarakat terkait dengan kerahasiaan data maka fasilitas download dan upload detil data siswa secara online real time ditutup. Khusus upload data siswa dapat dilakukan hanya untuk tingkat 1, 7 dan 10.

Untuk selanjutnya bagi para sekolah, siswa dan para orangtua siswa yang berkepentingan melakukan pemantauan validasi dan verifikasi detil data terkait dapat dilakukan secara offline melalui Kantor Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten setempat. Adapun untuk segala masukan dan laporan masyarakat terkait dengan validitas data siswa dan sekolah dapat disampaikan langsung ke Kantor Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten di wilayah kerja masing-masing.

Mohon maaf atas ketidaknyamannya pada layanan online ini dan mohon senantiasa peran aktif masyarakat untuk memantau ketersediaan data pokok pendidikan agar selalu akurat dan valid untuk masa depan online kemajuan pendidikan Indonesia.

Ttd
Admin Dapodik


Berita ini adalah berita terbaik dalam minggu ini sehubungan dengan blunder Diknas dan data NISN siswa-siswi Indonesia yang sudah mulai kami protes sejak Sabtu, 10 Oktober 2008 setelah membaca posting di blog Treespotter.

Masih ada beberapa hal lain yang perlu sama-sama kita check dan awasi untuk beberapa saat ke depan, namun saat ini mari kita berikan tepuk tangan yang meriah untuk kita semua. Untuk suara yang kita buat secara bersama-sama.

Tepuk tangan untuk Treespotter, Fajar Jasmin, Budi Putra, Pitra Satvika, Avianto dan juga Khalid Mustafa, yang dengan daya upaya masing-masing menyuarakan hal ini.

Tepuk tangan juga untuk semua blogger yang masing-masing tulisannya telah ikut menjadi suara bagi keinginan kita melindungi anak-anak Indonesia dari berbagai kemungkinan buruk yang dapat tercipta karena data yang sedianya online.

Tepuk tangan untuk semua pengelana maya di Plurk dan Twitter juga semua anggota mailing list apapun yang bersedia untuk bersuara dan meneruskan suara-suara kami.

Dan tak kalah penting, mari beri tepuk tangan untuk Dapodik dan Diknas untuk keterbukaan mereka atas kritik dan langkah kongkret yang dilakukan.

Tepuk tangan untuk kita semua karena kita minggu ini telah berbuat sesuatu untuk Indonesia kita yang tercinta.

Hentikan: Data Siswa Indonesia online!

Posted by LeonnieFM at 8:41 AM

Note: Posting ini terus diupdate sesuai perkembangan.

Saya mendapat berita ini lewat Fajar Jasmin melalui jaringan Twitter-nya; Treespotter. Dan saya secara dengan antena was-was yang tinggi terpancang, meneruskan berita ini kepada pembaca sekalian:
Departmen Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah menyediakan secara online data 36 juta sekian pelajar Indonesia. Data lengkap dalam format XLS berisi nama siswa, nomer induk dan alamat tinggal. Seperti kedua penulis terdahulu, saya tidak akan memberikan tautan kepada depdiknas dan data tersebut dengan alasan yang sama.
Saya bersama Fajar Jasmin pagi ini telah mengunduh salah satu file tersebut dan menemukan bahwa memang benar terisi data-data siswa seperti tersebut di atas.

Anak-anak saya memang [belum] terdaftar dalam data tersebut, namun saya juga tidak akan berhenti mengusung masalah ini sampai pihak terkait berbuat sesuatu atas kondisi ini.

Jika anda peduli akan keselamatan anak anda yang bisa jadi terdaftar bersama di sana, saya mohon, suarakanlah berita ini kepada komunitas anda. Jangan biarkan tangan-tangan tak bertanggung jawab memiliki akses untuk menyentuh anak-anak kita. Jangan biarkan negeri ini menjadi tanah impian bagi penculik dan peleceh anak.

Saya tidak ingin bersikap negatif, namun saya yakin bahwa anak-anak sudah layak dan sepantasnya mendapat perlindungan maksimal dan dijauhkan dari pertukaran data secara tidak perlu seperti yang dilakukan oleh Depdiknas. Jika dalam pandangan Depdiknas, data itu perlu dipertukarkan, maka sudah seharusnya mereka memikirkan cara yang jauh lebih aman dan sepatutnya agar hanya dapat diakses oleh yang sungguh-sungguh berkepentingan.

Berita asal:
Update: Jim Geovedi menulis soal fakta ini di bulan April 2008! Dan menambahkan update soal privasi setelah tulisan-tulisan di atas dimuat.

Update, reaksi lain dari blogosphere:
12 Oktober 2008:
Saya pribadi turut berterima kasih kepada Pitra Satvika yang telah ikut bersuara lantang dan menuliskan e-mail langsung kepada salah satu petinggi Diknas untuk menyampaikan kekhawatiran akan tersedianya data tersebut dan kemungkinan penyalahgunaannya. Terimakasih juga kepada Boy Avianto yang telah mengirimkan SMS kepada jaringan terkaitnya dan ikut bersuara menentang kesembronoan Diknas.

Beberapa suara yang muncul lewat ranah micro-blogging membuat saya gatal:
- Pemberian tautan situs Diknas dan contoh data terunduh: Jika dikatakan tanpa tautan dan contoh file; kami disebut pembohong dan penyebar isu: Pertama saya katakan, kami sudah melakukan verifikasi atas keberadaan data & keabsahannya. Kedua, pahami dulu inti permasalahannya sebelum anda melontarkan ucapan apapun! Kami menyuarakan ini agar data tersebut ditarik dari situs Diknas bukan ingin menyebarluaskannya!

- Data tersebut tidak 100% valid: saya tidak peduli bahkan jika hanya ada 1 nama yang datanya bisa diverifikasi benar. Inti dari semua protes ini adalah keberadaan data pribadi yang secara bebas dapat diunduh adalah suatu pelanggaran. Pelanggaran terhadap privasi, suatu ketidak patutan yang sangat tidak etis, yang kemudian dapat berdampak bagi keselamatan anak-anak yang belum memiliki kemampuan membela diri.
Beberapa rekan blogger saya mendapati nama anak-anak mereka tercantum di sana. Data mereka valid.

Saya protes akan cara berfikir dan kebijakan yang dipakai oleh Diknas sehingga mereka menempatkan data-data tersebut secara online dan dapat diunduh. Apapun argumentasi mereka, sudah selayaknya TIDAK berada di atas keamanan anak-anak kita.
Dengan demikian saya juga menentang mereka yang beranggapan bahwa jika data itu hanya sebatas nama & alamat dan bukan nomor rekening bank adalah tidak perlu diperdebatkan. Maka saya tidak akan menjawab dengan bagaimana saya bermodal nama lengkap seseorang bisa muncul di depan hidungnya lengkap dengan pengetahuan akan gaya hidup dan aktifitasnya. Saya lebih baik mengatakan bahwa orang yang beranggapan demikian lebih baik menyibukan diri untuk mencari cara menteleport dirinya ke abad 21 daripada hidup di jaman batu.

-Mengapa harus kita yang repot?: Karena yang paling utama adalah hal ini menyangkut anak-anak kita. Manusia-manusia yang akan meneruskan semua warisan kita dan akan membangun negeri ini. Manusia-manusia yang lahir dari kita semua dan belum mampu membela diri mereka sendiri. Dan jelas sudah, departemen yang seharusnya membantu kita mendidik mereka dan melindungi mereka dalam tahun-tahun pendidikan formal mereka-lah yang justru telah dengan sangat ceroboh menempatkan keamanan mereka dalam posisi yang sangat rentan.
Seberapapun lelahnya kita akan kondisi bangsa dan pemerintah kita, sikap untuk bungkam dan tidak mau tahu tidak akan membawa bangsa ini kepada titik yang lebih baik. Dan perlu saya garis bawahi bahwa sikap bungkam dan tidak mau tahu itu akan memberi kontribusi tambahan kepada rentannya keamanan anak-anak kita.

Suarakan dukungan anda, gunakan media apapun yang anda pilih. Suarakan hingga data itu tidak tersedia lagi secara terbuka.

----------------------------------
13 Oktober 2008:
DetikInet ikut menulis di situsnya tentang ramainya perbincangan dan protes terhadap Diknas oleh para blogger. Tulisan saya, tresspotter dan Budi Putra ikut dikutip. Semoga berita ini terus bergulir hingga sebuah langkah kongkret oleh Diknas dibuat.

Jam 3 sore terima berita dari Pitra Satvika lewat Plurk, bahwa situs di mana data itu bisa diunduh sudah tidak dapat diakses. Pastinya hanya sementara, tapi semoga setelah situs itu online kembali, data yang kita protes keberadaannya telah lenyap. Saya juga berusaha masuk ke sana dan tidak bisa.

DetikInet rupanya juga punya tulisan terkait dengan yang sudah disebutkan di atas berisi tanggapan Kepala Pusat Infomasi dan Humas Diknas Muhajir. Beliau mengatakan, keputusan untuk menyediakan jutaan data privasi tersebut dilatarbelakangi dari adanya Undang-undang Nomor 14 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Dan artikel ditutup dengan pernyataan tambahan sang humas yang bunyinya:
"Tapi ini kan masih sebatas kekhawatiran, sudah terbukti belum? Kalau sudah terbukti silahkan diinformasikan, kami di diknas siap menampung keluhan,"
OOOOOOOOOOOOO wait, pak! Membela diri berbekal UU nomer sekian saja saya tidak terpesona karena untuk apapun kebijakan dibuat dan apapun dasarnya, sudah layak dan sepantasnya tidak luput dari memperhatikan kaedah-kaedah seperti privasi apalagi sampai menjudikan keselamatan anak-anak. Ditambah dengan bicara soal bukti? Pak, saya tadi sudah meninggalkan komentar yang saya jamin sopan dan dimulai dengan ucapan terimakasih. Berhubung komentar yang dimoderasi harus bergaya tabloid picisan (seperti komentar kedua saya yang malah dipasang) maka saya coba tulis ulang disini tapi maaf saya sudah tidak bisa bersikap sopan apalagi berterimakasih untuk tanggapan bapak di Senin yang panas ini:
  1. Kebijakan setengah-setengah dan tanpa perhitungan sangat menunjukan kaliber anda dan kementrian yang anda huni. Ya, saya juga bicara termasuk untuk data yang dihapus setengah (alamat, tempat tanggal lahir) sore tadi.
  2. Seperti layaknya teknologi yang kementrian anda miliki itu, lidah juga adalah alat pak. Kalau salah pakai bisa kacau hasilnya. Kalau tidak mengerti bagaimana memakai dengan layak, sebaiknya bapak belajar lagi dulu.
Demikianlah terakhir saya berhasil masuk kembali ke situs Diknas dan berhasil mengunduh lagi data siswa yang kini telah bersih dari alamat dan tempat-tanggal lahir. Apa saya puas? TIDAK! Data itu harus tidak lagi tersedia terbuka! Data itu harus hilang dari jejak mesin pencari. Titik.

UPDATE:
Penutup seluruh blunder di atas adalah tepuk tangan untuk kita semua. Berita baik dengan ditutupnya akses mengunduh dari situs Diknas oleh admin Dapodik pada tanggal 15 Oktober 2008 boleh membuat kita berbangga atas suruh daya upaya kita dan tanggapan Diknas yang relatif cepat. Bravo!


Rancu Istilah: ketidak-pekaan bahasa dan lingkungan

Posted by LeonnieFM at 5:37 PM

Si kecil Immi sedang asyik belajar bicara dengan membeo semua kata yang dia dengar. Hasilnya sering kali tidak sesuai dengan contoh awalnya. Seluruh proses ini sangat asyik diperhatikan sekaligus lucu seperti ketika dia mengucapkan 'Mogen' saat seharusnya 'monkey' yang terucap. Hal itu lucu bukan kepalang buat kami yang mengetahui bahwa Mogen adalah sebagian kecil dari namanya sendiri.

Seluruh proses membeo si kecil Immi sekaligus membuat kami jadi sangat berhati-hati memilih kosa kata untuk dipergunakan di depannya, begitu juga dengan acara di TV. Seluruh siaran yang penuh caci maki beserta adegan kasarnya sedapat mungkin dihindari. Sangat tidak lucu kalau Immi sampai mengucapkan kata-kata makian itu saat ia belum mampu mengerti kenapa ia tidak boleh mengulangnya lagi.

Wacana berbahasa dan berbicara akhir-akhir ini jadi sebuah perhatian buat saya, bukan hanya menyangkut Immi, tapi lebih banyak karena keresahanku tentang betapa rancunya manusia menggunakan nikmat yang satu ini. Pemborosan kosa kata sampai rendahnya kepekaan (dan pengetahuan) dalam pemilihan istilah.

Saya yakini bahwa kemampuan berbicara adalah sebuah anugerah. Bahasa adalah sebuah ilmu pengetahuan dan budaya yang maha kaya. Namun fakta yang sudah tidak perlu diperdebatkan itu kini menjadi tidak lagi berharga bagi begitu banyak orang sehingga dengan mudah dibuat rancu dan dipergunakan seenak udel saja.

Mentang-mentang lahir tidak bisu-tuli dan sudah mengenyam bangku sekolahan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, banyak orang merasa mereka bisa seenaknya bermain dengan kemampuan berbicara dan bahasa, tanpa menyadari bahwa yang mereka lakukan layaknya memainkan sebuah senjata tajam secara sembarangan.

Berbagai istilah dan singkatan diputar balik dan dipergunakan tanpa memikirkan kondisi dan lingkungan apalagi perasaan orang lain.
  • "gila, mata lo cina amat, man!"
  • "ke toilet dulu ya,.. HIV nih!" (Hasrat Ingin Vivis)
  • "lagi autis tuh, mojok sendirian."
  • "makanya cari gaji gede donk, biar ga kanker mulu"
Pastinya asyik kalau kita bisa jadi bagian dari orang-orang yang trendy, tidak ketinggalan jaman. Memakai baju mode terbaru, punya handphone edisi paling gress dan berbicara menggunakan istilah-istilah dan slang-slang terkini. Pernah terpikir mode terbaru belum tentu cocok untuk bentuk tubuh kita? Gadget terbaru penuh dengan feature yang telah dimiliki di gadget yang lama.

Pernah terpikir bahwa cara kita berbicara, pilihan dan kumpulan kosa kata yang kita gunakan menunjukan siapa kita sesungguhnya? Bagaimana kita baik terdidik dan kepekaan kita. Sayangnya kinipun banyak orang yang begitu tinggi sekolah namun sangat rendah berbahasa dan kepekaannya.

Teknologi begitu hebat dan berjarak hanya di ujung jari, kalau kita tidak tahu apa itu Autisme, cukup di-google saja. Pengetahuan begitu mudah untuk didapat. Namun begitu rendah kepekaan orang sehingga lebih asyik kalau ikut menggunakan istilah Autis untuk sekedar menggambarkan kesendiriannya daripada mencari di google dan mendapat pengetahuan baru. Tidak perlu peduli bahwa mungkin seorang dalam satu ruangan kerjanya sedang berjuang bersama si kecil di rumah yang terdiagnosa Autis. Tidak perlu peduli bahwa Autisme adalah sebuah kondisi yang sedang menjadi perhatian begitu banyak orang tua di muka Bumi karena meningkatnya penderita Autis secara drastis dalam 30 tahun terakhir. Bahwa 1 dari 166 anak didiagnosa Autis dalam berbagai skala (Understanding Autism for Dummies; 2006).

Saat sebuah istilah, kosa kata dipakai secara sembarangan. Saya meyakini bahwa bukan hanya menunjukan minimnya kepekaan sang pengguna tapi juga terjadi pembodohan karena penularan penggunaan istilah itu kemudian tidak didukung dengan penularan pengetahuan dan kebenaran atas istilah yang digunakan. Pengertian akan istilah menjadi simpang siur tanpa kepekaan dan keinginan meluruskan kebenarannya. Bergulir di ruang publik dan menjadi makin rancu.

Saat kita melakukan pemborosan uang, mungkin barang yang terbeli bisa dijual lagi. Jika tidak, barang masih dapat digunakan atau diberikan pada yang membutuhkan. Jika kita melakukan pemborosan kata-kata dengan kepekaan rendah dan menyakiti orang lain........... cukupkah hanya kata maaf yang kemudian diucapkan? Tanpa menumbuhkan kepekaan kemudian mengulang hal yang sama dengan kata-kata yang berbeda, kata maaf yang telah terucap menjadi sebuah pemborosan lagi.

Indonesia 1.5 - pertemuan pertama yang menggugah

Posted by LeonnieFM at 8:18 AM

Jam 5 tepat saya, Fajar Jasmin dan Dody Herlambang sudah tiba di Kafe Pisa di jalan Gereja Theresia. Suasana masih lengang walau sedikit "berisik" karena house band sedang check sound. Sedikit lewat dari setengah jam ngobrol bertiga, Pico dan Muswardi muncul di ambang pintu dan segera bergabung. Anna Simanungkalit juga segera muncul disusul oleh Budi Putra. (Ivan Lanin bergabung sekitar jam 7.30, datang bersama jeng Nanda & si kecil Akra)

Sesaat setelah tajil dihidangkan, kami bertukar nomor telepon. Asyik sekali ternyata menjadikan kegiatan itu sebagai ice breaker sebuah pertemuan. Singkat cerita, sambil berbuka puasa kami asyik sharring macam-macam topik. Fajar dan Anna dengan Dostoevsky, mas Budi, Pico dan mas Ardy asyik membicarakan dunia blog. Semua seru.

Fajar membuka bahasan pertemuan kami dengan mengatakan kenapa dulu ia mencetuskan Indonesia 1.5 (more than a person), disusul penjelasan singkat misi untuk give back kepada masyarakat dengan cara yang lain dari yang telah banyak dilakukan.

Dari sanalah semua pertukaran ide dan diskusi itu dimulai. Dengan pemahaman yang sama bahwa kami hendak berbagi kepada masyarakat dan diungkapkan dalam bahasa berbeda-beda, saat itu, buat saya pribadi, adalah moment yang luar biasa.

Kami punya keresahan yang sama, tanpa bermaksud menjadi sombong kami katakan dengan lantang bahwa kami resah akan rendahnya kapasitas manusia-manusia Indonesia. Kami menyimpulkan bahwa segala hambatan yang menyebabkan bangsa ini masih menjadi pelengkap penderita kemajuan dunia adalah karena kapasitas manusianya. Dan tingkat kapasitas itu tidak ditentukan oleh, contohnya, seberapa melek teknologikah dia.

Jadi kami rumuskan bahwa misi kami adalah berbagi kepada mereka yang membutuhkan dengan cara yang tidak biasa dan sejalan dengan itu bertumbuh secara kapasitas, menjadi manusia yang lebih baik.

Terdengar begitu megah. Tapi percayalah, tiada kata-kata arogan nan megah saat kami membahas semua hal tersebut. Kebanyakan dari kami berbagi keresahan akan perasaan sepi yang kami rasakan dan kesulitan kami menggandeng teman untuk dapat berbagi dengan harapan kedua belah pihak mendapat manfaat yang sesungguhnya.
Mengapa saya katakan demikian? Karena banyak terjadi dimana bantuan yang diberikan bukanlah bantuan yang dibutuhkan, dan yang memberi bantuan sendiripun tidak memahami inti dari permasalahan sehingga tak ada pihak yang dalam proses itu kemudian mendapat makna.

Bertukar cerita dan ide, kami kemudian mengerucut kepada satu keputusan awal untuk membuat sebuah pilot project pengumpulan buku bagi wanita korban kekerasan rumah tangga. Seperti ditulis Fajar dalam laporannya tentang pertemuan ini, kami tidak bisa mengungkapkan kepada publik siapa dan dimana wanita-wanita tersebut. Dan jika telah terlaksanapun kami tetap tidak dapat secara gamblang melaporkan kepada publik. Semua demi keamanan mereka. Buku yang hendak kami kumpulkan adalah buku yang inspirasional sampai buku yang murni hiburan dengan harapan mereka mampu menjadi pelipur lara bahkan pembangkit semangat dalam masa-masa terpuruk.

Kami mengajak semua pembaca mencari buku yang dapat disumbangkan bagi para istri dan ibu tersebut. Dan saya pribadi menggugah anda untuk membaca buku tersebut sebelum anda berikan kepada kami untuk mendapat jawaban mengapa buku tersebut baik untuk dibaca oleh mereka yang telah terluka jiwa dan raga karena kekerasan rumah tangga.

Mari teman, kita berbagi dengan pengetahuan mengapa kita berbagi.


Terima kasih untuk semua yang telah hadir pada pertemuan ini, anda semua adalah inspirasi buat saya.


Update:
1. Sebuah mailing list telah dibuat untuk menjadi media komunikasi tambahan untuk semua member dan terbuka bagi siapa saja yang ingin membantu. Sampai bertemu di sana.

Hukumanmu: duduk manis 30 menit

Posted by LeonnieFM at 11:06 AM

Rasanya wajah ini baru menoleh sedetik saja, tiba-tiba Ilya si kecil sudah tersungkur di lantai dan menangis kesakitan. Di sebelahnya Immi masih terlihat baru menarik tangannya sehabis mendorong Ilya tersungkur di lantai. Apa alasannya tidak jelas, karena sejenak lalu keduanya masih asyik bermain. Setelah memastikan tidak ada hal serius terjadi pada Ilya, padangan langsung diarahkan pada Immi, dia sedang pasang muka kaget dan bilang "nangis yaaaa?"

Immi, ya ampun, gadis kecil yang belum genap 3 tahun itu, paling pandai mengambil hati. Setiap muka kami sudah ditekuk dan merona merah marah, dia akan dengan lucu memeluk kami, mencium pipi kami dan bilang "cium yaaaaa" Igo, dia lebih sulit lagi.... dia merasa dunianya milik dia sendiri dan dialah rajanya. Tak ada kesalahan baginya. Setiap kami marah dia akan membalas dengan mengepalkan tangan gemas dan membuat suara menahan. Ilya? dia baru saja lewat bulannya yang ke 10 sejak kelahirannya.

Iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiih anak ini bikin gemas kesal banget kali ini. Tangan saya langsung menunjuk pada sebuah meja. Bibir Immi langsung berubah bentuk, menahan tangis. Tangannya saya gandeng kemudian tubuhnya saya angkat, didudukan di atas meja. "Immi, Ilya sakit kalau didorong begitu. Nah, sekarang Immi duduk di sini setengah jam ya, nanti sudah turun ga boleh dorong Ilya lagi. Dorong koko Igo juga ga boleh ya........." Immi sambil menahan tangis menjawab, "duduk ya? sakit ya?"

Jadi orang tua memang beneran ga mudah! Mendidik mereka adalah tugas paling berat dan kemungkinan kita melakukan kesalahan sangat besar setiap menitnya. Sekian banyak pakar berlomba-lomba memberikan arahan bahkan motivasi yang begitu pesimisnya saya yakini kalau belum tentu mereka becus melakukannya dengan keluarga sendiri. Urusan hukum menghukum anak karena kenakalan dan kesalahan mereka adalah salah satu topik yang sangat saya cermati. Pantang memukul anak dan hukuman fisik lain, kata-kata kasar juga diharamkan di rumah kami. Tidak mudah kadang menahan emosi jika tidak mengingat bahwa mereka tidak mengetahui bahkan tidak mengerti resiko dan akibat dari tindakan mereka. Dan berteriak bahkan memukul mereka tidak akan membuat mereka lebih mengerti.

Akhirnya meja atau kursi di rumah menjadi jawaban bagi saya. Biarkan anak duduk beberapa saat, katakanlah sebagai hukuman, biar dia menangkap bahwa apa yang baru saja ia lakukan tidak diperkenankan. Soal mengapa dan seterusnya biarlah menjadi bahan untuk sesi-sesi lain di kemudian hari, saat anak sudah dapat diajak diskusi lebih lanjut.

Anak-anak mulai mengerti bahwa mereka sedang mengalami suatu sesi khusus kalau mommy atau daddy sudah mengantar mereka ke meja dan menunjuk pada jam dinding. Igo dan Immi walau mampu tidak akan turun sampai kami memeluk menggendong mereka turun. Tangisan mereka juga sudah berubah, bukan lagi protes karena tidak boleh turun melainkan karena menyesal. Nah! Ini satu lagi perang batin, menahan diri tidak cepat luluh saat mendengar senggukan sedih mereka. Tunggu ya sayang, waktumu belajar menanggung resiko atas sebuah perbuatan masih beberapa menit lagi. Inilah hidup, tapi jangan kau takut, mommy & daddy ada di sampingmu menemanimu belajar.

Dulu sering dengar orang bilang, kalau dihukum artinya disayang. Apa iya? Hukuman yang seperti apa? Kalau bukan hukuman yang mendidik dan tidak mengacaukan rasa aman dalam diri anak, apa masih ada kasih sayang dalam hukuman itu?

Ga sabar deh nunggu saat anak-anak cukup besar untuk diajak diskusi, sekarang cuma bisa geli-geli sendiri saat Immi berusaha meniru gaya berdialogku dan Fajar. Dia duduk manis di depanku dan bicara sederet panjang kata-kata dalam bahasa bayinya yang 99% tidak kumengerti. Saat aku tersenyum geli atau memalingkan wajah, tangannya akan ditakupkan di pipiku dan dia berseru gemas kesal...... "mommy, iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiihhhhhhhh." Ya ampun, giliran mommy yang harus dihukum ya Mi?

Keluarga VS Pernikahan

Posted by LeonnieFM at 3:32 PM

Saya dan Fajar mengetahui bahwa saya hamil ketika umur kehamilan saya sudah 4 bulan. Saya begitu tidak perhatian dengan kondisi tubuh saya sampai-sampai bingung menghitung absennya si tamu bulanan dan malah mengira sesuatu yang patologis telah terjadi. Waktu si dokter genekologi itu bilang, "ya ampun itu mah tanda-tanda hamil bukan sakit, mbak!" Saya tidak yakin sampai terlihat di layar USG jantung kecil yang berdegup-degup. Serta merta saya dan Fajar jatuh cinta untuk kesekian kalinya dan kali ini melibatkan si kecil.

Lalu kami berdua berdiskusi tentang langkas selanjutnya. Menikah setelah atau sebelum kelahiran. Ya, kami waktu itu belum resmi menikah. Buat saya pribadi, persetan dengan institusi formal. Tapi kali ini urusannya berbeda. Kami menimbang baik buruknya. Jangan pikir kami memperhitungkan apa kata si A dan si B, apalagi si C. Yang kami pertimbangkan adalah baik - buruk bagi anak kami dan masa depannya. Pertimbangan logis mengatakan pernikahan akan melindungi dia di mata hukum dan penting bagi kami agar dia tidak cacat di mata hukum. Jadi kami menikah.

Pernikahan kami sudah 4 tahun yang lalu dan kami kini sudah memiliki 3 anak. Soal berkeluarga, kami salah satu yang beruntung. Walau bukan tanpa cobaan. Kedua belah pihak keluarga kami akur dan sangat mendukung. Saya dan suami juga begitu. Intinya kami berbahagia.

Kadang saya ditanya apa resepnya. Saya balik bertanya, "bagaimana cara kamu dan pasangan bertengkar?" Yang ditanya balik biasanya menjawab dengan segala macam metode bertengkar. Namun jarang sekali yang menjawab dengan mencirikan bagaimana saya dan Fajar melakukannya. Saya dan Fajar bertengkar dengan cara berdiskusi. Mendiskusikan perbedaan pendapat kami sambil makan di cafe dan menyusun strategi mengatasi permasalahan. Tidak ada piring di banting, suara meninggi apalagi kekerasan. Kami sangat saling menghargai satu sama lain untuk melakukan kekerdilan macam itu. Dan saat kami begitu berbeda hingga tak mampu berbicara, kami tidak memaksakan pembicaraan itu terjadi sampai kami siap.

Begitulah seharusnya sebuah pernikahan bagi saya. Hidup membangun masa depan dengan orang yang kita cintai dengan mengatasi perbedaan. Untuk itu tidak diperlukan pengesahan dari setan gombal atau malaikat manapun. Hanya diperlukan kematangan, kedewasaan, akal sehat.

Saya kasihan melihat seorang teman di kantor yang banting tulang pergi ke segala penjuru tempat mencari cara agar dia bisa hamil padahal tidak ada masalah dengan kesuburan mereka berdua. Alasannya karena dia sudah menikah sekian tahun dan akan semakin memalukan kalau belum punya anak sampai sekarang. Jadi dia menikah untuk punya anak? Buat saya itu terdengar sempit sekali. Dia tanya bagaimana saya bisa punya anak 3 orang dalam jarak beruntun macam gerbong kereta. Saya bilang, karena saya melakukan hubungan seksual dengan suami saya. Saya sarankan sama dia untuk melupakan segala metode aneh-aneh yang dia cari dan segera membangun hubungan emosional yang baik dengan sang suami, lalu habiskan waktu berduaan dengan mesra dan penuh keinginan untuk saling memberi dan membahagiakan. Kan seperti saya baca celoteh para seksiolog bahw sex yang baik adalah sex yang merelaksasi, yang memberi kepuasan bagi kedua belah pihak baik jasmani maupun rohani. Saya rasa itu bukan omong kosong.

Sungguh saya tidak menentang pernikahan, karena saya toh adalah wanita menikah. Apalagi soal anak. Saya sejak dulu menginginkan anak-anak dalam kehidupan saya. Yang saya ingin gugah adalah konsep kita dalam membangun keluarga. Kebahagiaan keluarga kita tidak terletak di sebuah kertas terbitan institusi manapun. Tidak juga dari pandangan kaum, sekte, partai, si anu dan si itu yang sibuk berceloteh menilai dan mengatur dari luar sana. Saya percaya bahwa kebahagian teraih saat kita berhenti berbohong pada diri kita sendiri. Pegang teguh prinsip kita dan perjuangkan dengan damai. Damai bukan artinya terus-terusan mengalah kok.

Dan saat pernikahan anda diisi oleh anda dan pasangan seorang, bukan berarti anda tidak memiliki keluarga. Juga bukan berarti keluarga anda tidak lengkap. Keluarga seharusnya adalah hubungan harmonis antara anggotanya. Jika pasukannya lengkap tapi saling tusuk menusuk apa pantas disebut keluarga? Jadi tidak salahkan kalau saya bilang keluarga adalah urusan kualitas dan bukan kuantitas?

Saya Leonnie, wanita berkeluarga (bahagia) yang tidak percaya pada institusi pernikahan (dan aturan-aturan gombal buatan manusia yang mungkin tidak becus jadi anggota keluarga).

"screw your hygiene, you selfish bitch!"

Posted by LeonnieFM at 11:26 AM

Tahu tidak apa yang bikin manusia modern jaman sekarang senang punya blog? Saya yakin karena KITA semua bisa menulis apapun seenak udel kita karena blog ini/itu punya kita masing-masing. Kita bisa senarsis yang kita mau dan yang paling paling paling saya suka adalah saya bisa memaki dan menghujat siapapun dan apapun yang bikin hati saya jengkel.
Hari ini yang bikin saya jengkel dan akan saya hujat habis-habisan adalah pengguna toilet umum yang sembarangan.
Di kantor saya ada toilet di tiap lantai. Lantai pertama tersedia toilet dengan kloset jongkok dan lantai kedua dengan kloset duduk. Kenapa diatur demikian saya tidak terlalu peduli untuk menanyakan. Posisi mereka ibarat saling menumpuk alias tepat atas-bawah dengan tangga tepat di depannya. Kebayangkan?
Jadi kalau jaraknya begitu dekat, apakah salah jika saya bertanya kenapa seseorang lebih suka menggunakan kloset duduk dengan berjongkok di atasnya. Saya sih yakin jawaban yang paling benar adalah karena dia DUNGU. Dan fakta bahwa dia akan meninggalkan si kloset dengan kondisi kotor oleh cap sepatunya tanpa bersusah payah membersihankan dengan sepotong tissue, sungguh membuat saya ingin berteriak, "screw your hygiene, you selfish bitch!"
Saya sangat memaklumi kalau kloset itu berada di sebuah gedung perniagaan yang ramai dengan toilet yang terlanjur jorok, banjir dan bau. Lalu atas nama kebersihan dan kesehatan pribadi si kloset lebih baik diinjak daripada diduduki. Saya jadi bertanya kalau si dungu itu kebelet pipis saat berada di sana apa dia lebih suka menahan pipisnya? Atau dia akan pipis berdiri macam anjing?

Hidup jaman sekarang begitu enak, segala jenis barang tersedia, mulai dari yang tidak berguna sampai terlalu banyak fungsinya. Semua produsen berlomba membuat produk yang diklaim paling canggih dan multiguna. Selembar tissue yang akan rontok begitu ketetesan air sampai basah oleh cairan antiseptik pembasmi kuman dijejer di rak-rak di swalayan begitu panjang. Di rak itu setiap wanita yang sangat peduli oleh kesehatan bagian kewanitaannya tahu bahwa tersedia tissue yang khusus dibuat untuk bagian yang sangat intim itu. Kalau ternyata tidak di sana, coba deh cek di bagian kosmetik atau obat-obatan. Adik ipar saya yang paling berisik tentang masalah satu itu punya sedikitnya 3 macam tissue tersedia di tasnya. Kering, basah dan feminin. Belum lagi cairan antiseptik dengan botol imut yang multiguna, mulai dari cuci tangan sampai membersihkan bagian luar barang-barangnya. Semua produk itu tersedia dalam harga terjangkau.

Kalau kita begitu tidak ingin tertular oleh penyakit dari kotoran apapun, kenapa tidak berpikir bahwa orang lain juga menginginkan hal yang sama? Jika saat kita mulai menggunakan sarana publik dalam kondisi baik, kenapa tidak meninggalkannya dalam kondisi baik juga? Apakah begitu banyak orang berpikir bahwa pekerjaan membersihkan toilet dan klosetnya hanya untuk OB di kantor atau petugas kebersihan? Kalau iya, sebaiknya bungkam saja mulut kita saat absen di toilet umum di gedung yang tidak menyediakan petugas kebersihan, melainkan pandang muka kita lekat-lekat di cermin butek itu karena di sana ada wajah orang-orang yang tidak percaya bahwa kebersihan berasal dari dalam diri sendiri.

Saya Leonnie, saya bukan hygiene-freak. Saya adalah wanita serampangan yang lebih memilih kloset duduk dan akan meninggalkannya dalam kondisi kering & bersih hanya karena saya pikir itu adalah benar. Titik.

Pengasuh juga manusia

Posted by LeonnieFM at 3:19 PM

Coba tanya sama semua ibu waras sedunia kalau ada di antara mereka yang lebih suka anak-anaknya dirawat oleh seorang pengasuh. Sejujurnya saya sih ga terlalu peduli jawaban mereka suka atau tidak suka. Saya sendiri akan menjawab antara suka dan tidak. Saya suka karena saat saya bersama anak-anak, saya bisa lebih fokus untuk main atau belajar bersama mereka. Membiarkan urusan lain padanya. Saya juga suka karena anak-anak saya akan bersama seseorang yang bisa saya atur dibanding jika dititipkan pada keluarga dan kemudian timbul masalah enak-tidak enak jika ada hal-hal yang tidak sesuai harapan diterapkan mereka saat mengasuh anak-anak.

Saya tidak suka kenyataan bahwa di negara kita pengasuh anak masih dipandang pekerjaan kelas bawah. Sehingga orang-orang yang pengambil profesi ini hanya sebatas alternatif dari pekerjaan pembantu, yang juga masih mengacu kepada jaman feodal. Mereka cuma pesuruh. Pesuruh tidak seharusnya berpendidikan, tidak seharusnya tampil manis enak dipandang, pesuruh tidak seharusnya punya hak apalagi angkat bicara. Mereka cukup bekerja dan menerima upah (yang tidak seberapa).

Karena kondisi itu, saya mendapat seorang pengasuh yang bekas suruhan mantan boss saya. Dia pun mengakui bahwa dirinya masuk golongan orang kurang pendidikan. SMP saja tidak lulus. Syukur puji Tuhan, dia tidak tergolong jelek. Hebatnya lagi, dia bukan wanita yang terlahir dengan kebodohan alami. Dia cuma tidak lama makan bangku sekolah, tapi otaknya cukup encer. Kemauannya memiliki pengetahuan tambahan sama sekali tidak jelek. Dia bahkan membaca buku lebih banyak daripada mahluk-mahluk sekantor saya yang mengaku makan banyak bangku sekolahan. ----- Namun kebiasaan bukanlah hal yang lebih mudah untuk diubah. Apalagi jika kebiasaan itu adalah akibat hidup dalam pengetahuan awal yang minim. Kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan, kerapihan dan hal-hal sejenis itu. Rasanya rumah sering jadi lebih tidak rapi dan bersih karena dukungan kebiasaannya. Jujur saya jadi lebih sering mengelus dada gara-gara kebiasaannya yang tidak sesuai standar saya itu. Menegurnya harus berkali-kali karena dia masuk kategori yang pelupa syukurnya tidak akut. Berangsur-angsur kebiasaan dia berubah walau juga tidak secepat kebutan Fernando Alonso. Yang aneh setelah saya perhatikan kebiasaan yang diterapkannya khusus untuk anak-anak saya justru rata-rata baik. Waktu saya tanya kenapa bisa begitu, dia jawab, dulu kan mbak Leonnie bilang supaya saya prioritas anak-anak. Urusan rumah manis belakangan. Sial, dia benar juga! Alhasil saya menambah armada asisten saya di rumah.

Saya dan suami punya pendekatan (berbeda) soal urusan para staff (terdengar gaya ya? *nyengir*). Nomor satu dan satu-satunya, staff kami adalah MANUSIA, dan bukan hanya di tataran pengetahuan. Manusia harus diperlakukan sebagai manusia. Manusia harus mendapat pengakuan, penghargaan, kebebasan dan kebutuhan-kebutuhan dasarnya dicukupi.

Tidak tega rasanya saat saya dan keluarga menyaksikan pengasuh-pengasuh yang duduk di meja kosong saat majikan dan keluarganya makan enak di sebuah restoran. Jijik saat melihat orang tua membiarkan anak-anak mereka dengan sengaja menjadikan pengasuhnya sasaran olok-olok dan aksi-aksi nakal macam pukulan dan tendangan di muka umum. Lebih jijik lagi jika justru pelakunya adalah sang orang tua.

Pernah suatu ketika rekan kerja sekantor mengaku hanya memberi libur pembantunya saat Lebaran itupun tidak lebih dari 3 hari. Jesus Lord!! Lebih parah saat saya tanya soal jam kerja sang pembantu yang dimulai dari jam 4 subuh hingga saat mereka baru beranjak masuk kamar tidur jam 11 malam. Dan dengan gaji tidak lebih dari jatah uang makan dari kantor sebulan yang cuma Rp. 12.500 dikali jumlah kehadiran. Jujur saat itu saya menahan tangan saya di bawah meja, dalam arti sesungguhnya, agar saya tidak sampai menampar muka wanita keparat pengusung perbudakan itu.

Saya rasa saya tidak perlu bercerita satu demi satu bagaimana kami memperlakukan wanita-wanita yang telah membuat hidup kami lebih nyaman di rumah. Kami hanya memperlakukan mereka sebagai manusia. Tidak lebih, tidak kurang. Bagaimana itu, tanya saja diri masing-masing bagaimana kau ingin diperlakukan sebagai manusia.

Hasilnya adalah 2 anggota keluarga baru yang akan siap membantu kami dengan segenap pikiran dan kemampuan mereka dengan senyum. Tubuh bersih wangi dan dandanan manis, langkah ringan dan wawasan terbuka. Tanpa kekhawatiran berlebih karena keluarga di kampung (seorang ibu dan 2 orang anak, seorang suami dan 2 orang anak) hidup dalam kenyamanan.

Saya Leonnie, seorang ibu bekerja, seorang upahan. Saya tidak mau diperbudak oleh perusahaan. Saya menolak untuk dianiaya dan dilecehkan. Saya tidak akan membuat manusia lain menerima dan merasakan apa yang saya sendiri tidak kehendaki.

Olahraga di masa kehamilan

Posted by LeonnieFM at 9:19 AM

Belum lama ini saya mendapat pertanyaan dari seorang teman, dititipkan lewat suami. Kalimat jelasnya saya lupa, isinya tentang melakukan aktifitas berolahraga dalam masa kehamilan. Sejujurnya saya paling suka kalau ditanya seputar masa kehamilan, bukan cuma karena saya sudah mengalami 3 kali kehamilan & kelahiran yang syukurnya lancar. Setiap saya punya kesempatan meneruskan informasi seputar masa kehamilan, saya akan langsung terjun bebas ke dalamnya.

OLAHRAGA PADA MASA KEHAMILAN ADALAH BAIK!
Olahraga secara teratur (terutama pada masa kehamilan) dapat memberi kepuasan baik secara fisik maupun emosional. Jika dilakukan dengan baik olahraga baik untuk persiapan terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi kemudian.
- Sakit punggung, keram kaki, sembelit dan sesak nafas dapat berkurang oleh olahraga rutin
- Ibu hamil akan lebih siap menghadapi proses kelahiran
- Setelah melahirkan akan lebih cepat kembali ke poster sebelum hamil

Berapa sering?
Sedikit latihan beberapa kali sehari lebih baik daripada banyak latihan sekaligus.
Gabungkan kegiatan sehari-hari dengan latihan- latihan kecil. Latihan bagi kaki dan engkel saat sedang duduk di kursi kantor, bersila saat membaca atau menonton televisi. Lakukan semuanya dengan santai.

Olahraga apa?
Ibu hamil bisa berolahraga sampai akhir semester ketiga! Jangan lupa untuk melakukan peregangan sebelum berlatih.
- berjalan: baik untuk pencernaan, peredaran darah dan postur tubuh. Cobalah berjalan tegak dengan bokong ditarik ke dalam, bahu ke belakang dan kepala tegak. Kurangi jarak jika usia kehamilan makin tua terutama jika punggung terasa sakit. Gunakan sepatu datar yg empuk.
- berenang: otot akan lebih lemas dan paling baik untuk meningkatkan stamina. Karena air menyangga berat tubuh, jarang terjadi cedera.
- Yoga: baik untuk pelemasan dan mengurangi tekanan, juga untuk membantu ibu mengatur pernafasan dan konsentrasi saat proses melahirkan. Jangan lupa memberi tahu instruktur bahwa anda sedang hamil!
Jangan lakukan!
Beberapa jenis olahraga tidak boleh dilakukan pada masa kehamilan, terutama saat kehamilan besar dan beresiko jatuh karena tubuh kurang mampu menjaga keseimbangan. Hindari olahraga yang membuat tubuh tegang.
- Jogging: jangan lakukan ini saat kehamilan karena berat untuk buah dada yang lebih butuh support saat kehamilan.
- Angkat beban: pada punggung atau mengangkat beban berlebihan akan memberi takanan dan kemungkinan cedera pada persendian (punggung). Persendian pada masa kehamilan akan meregang dan tidak seperti otot, persendian tidak kembali ke bentuk awal.
- Sit-up: JANGAN LAKUKAN! Otot longitudinal pada perut dirancang untuk terpisah di tengah untuk memberi ruang saat uterus membesar. Gerakan duduk langsung dari posisi tidur akan membuatnya melebar lebih jauh. Mengangkat kaki pada posisi terlentang akan memiliki efek yang sama.
Baik untuk sang bayi!
Saat melakukan latihan, peredaran darah anda pada kondisi maximum sehingga jika dilakukan sesuai kapasitas anda, bayi akan mendapat pompa oksigen. Seluruh jaringannya terutama otot akan berfungsi optimal. Gerakan olahraga akan memberi kenyaman bagi bayi. Pelepasan hormon endorphin juga akan dirasakan bayi.
Posisi dasar: telentanglah, lutut ditekuk, kaki terbuka kira-kira 30cm, telapak kai rata di lantai. Beri bantal untuk kepala dan pundak. Tangan diletakan santai di samping tubuh. Posisi dasar hanya dapat dilakukan hingga bulan ke-4. Setelah itu latihan dengan posisi rata pada punggung tidak direkomendasi.
Lakukan Kegel; tegangkan perlahan otot disekitar vagina dan anus, tahan selama mungkin (hingga 8-10 detik) lalu perlahan lepaskan otot dan relax. Lakukan 3 set sehari masing-masing sebanyak 10-20 kali. Latihan Kegel bisa diteruskan hingga akhir masa kehamilan dengan posisi duduk atau berdiri.
*Untuk memastikan anda menggunakan otot yang tepat, berlatih Kegel bisa dengan menahan arus air seni saat anda pipis. Saat air seni berhenti, anda sedang menggunakan otot yang tepat.

Latihan panggul: telentang pada posisi dasar. Hembuskan nafas saat memberi tekanan pada sebagian punggung ke arah lantai. Lalu tarik nafas dan lepaskan. Lakukan beberapa kali. Latihan ini juga dapat dilakukan pada posisi berdiri membelakangi tembok, punggung rata pada tembok. Setelah usia kehamilan empat bulan, lakukan latihan ini hanya dari posisi berdiri.

Dromedary Droop: Latihan ini berguna sepanjang masa kehamilan hingga saat hendak melahirkan untuk meredakan tekanan karena uterus/rahim yang membesar. Posisikan tubuh pada tangan dan lutut. Usahakan punggung pada kondisi relax namun lurus. Kepala dan leher pada satu garis dengan punggung. Lalu tinggikan punggung anda, ketatkan perut dan bokong sehingga kepala turun ke bawah. Lalu lepaskan perlahan hingga kembali ke posisi awal. Ulangi beberapa kali.

Posisi pelaut/bersila: katupkan telapak kaki di depan tubuh, punggung tegak relax. Tarik telapak kaki mendekat ke arah tubuh dan paha turun ke arah lantai. Bahu tetap relax. Lakukan beberapa kali setiap hari. Bisa dikobinasikan dengan gerakan peregangan tangan dan leher.

Ibu dapat menikmati proses kelahiran lebih baik jika tubuhnya dipersiapkan. Gunakan waktu 20-30 menit setelah berlatih untuk melakukan relaksasi. Tidur dalam posisi setengah telungkup dengan kepala, bahu dan lengan tertekuk diatas sebuah bantal. 1 buah bantal lagi di bawah paha dan lutut pada sisi yang sama dengan lengan.

Bahan:
- What to expect when you're expecting
(Murkoff, Eisenberg & Hathaway - Workman Publishing)

- Healthy pregnancy (Dr. Miriam Stoppard - Dorling Kindersley)

Anak: mulai berbicara & pengaruh media

Posted by LeonnieFM at 11:47 AM

Kepindahan kami sekeluarga ke rumah yang baru memberi suatu masalah baru terutama bagi Immi. Perempuan cilik berusia 2,5 tahun ini sedang asik mengumpulkan banyak kosa kata baru di lidahnya. Immi membeo semua kata yang terlontar ke telinganya walau kadang hasilnya tidak sesuai harapan pendengarnya.
Mandi : madi
Window : migow
Monkey : mogen (Immi adalah kependekan dari Imogen, walah!)
Makan : megan
Rumah baru ini dihuni oleh semua penghuni rumah lama kecuali sambungan televisi berlangganan yang menyiarkan Playhouse Disney, siaran televisi favoritnya. Sialnya televisi berlangganan yang diselenggarakan oleh rekanan pengelola apartment hunian kami sekarang tidak punya channel tersebut di daftarnya. Tidak soal apa kata orang soal balita menonton telivisi, misi Playhouse untuk membantu balita (dan orangtuanya) untuk belajar berbicara, membaca, berhitung sampai sopan santun dan budaya, bagi kami tepat sasaran. Jujur saya lebih merelakan anak-anak saya berbahasa Inggris lebih baik dari pada bahasa Indonesia sebagai konsekwensi jika televisi lokal tidak mampu menyajikan tontonan sehat bagi anak-anak. Televisi lokal yang katanya menyasar khusus kepada anak-anakpun masih sangat terlihat setengah-setengah (kalau tidak seperempat-seperempat) dalam merealisasikan visi-misinya. Acara kacau balau tanpa tujuan dan dikemas sembarangan cuma jadi bukti ketidak-mampuan pemilik mengelola usahanya. A complete waste of resources!

"Kesialan" itu tidak boleh diratapi terus menerus, apalagi kamikan masih tetap ingin jadi orang tua yang baik untuk Immi dan kedua anak kami yang lain. Kami terus berusaha meningkatkan keterlibatan kami agar Immi terus memiliki kosa kata baru setiap harinya. Bujukan produsen susu yang diminum Immi untuk menggunakan metode Glenn Doman untuk mengajarinya membacapun dilakoni. Sejauh ini saya melihat metode ini positif karena metode ini mengesampingkan ujian bagi anak. Jargonnya yang mengatakan bahwa mendidik adalah memberi, terus saya pegang teguh.

Di belakang Immi menguntit Ilya, si cerewet berumur 9 bulan, kosa kata pertamanya adalah "mama" - menurut beberapa tulisan lain, bayi mulai mencoba berbicara pada umur ini atau lebih awal. Ilya tertarik memperhatikan bibir yang bergerak dan berusaha menggerakan bibirnya juga. Dia juga sangat menyukai momen-momen di mana dia diajak ngobrol. Ilya akan rela berebut laptop mainan yang mengeluarkan suara alpabet karena ketertarikan besarnya pada suara. Omong-omong, laptop mainan hadiah dari sebuah bank itu jadi media lumayan hebat untuk menambah kosa kata Immi. Selain membeo kosa kata yang disuarakan sang mainan, Immi juga belajar mengoperasikan alat, berhubung benda ini punya hampir 30 mode yang perlu memasukan sejumlah angka untuk memainkan mode pilihan. Hari demi hari beo-an Immi semakin sesuai dengan bunyi awal, Monkey tidak lagi di-beo-kan "mogen" melainkan monkey.

Permasalahan kami soal anak dan berbicara tidak berhenti di sana. Pengaruh sekitar anak-anak kami sekarang masih belum dalam format yang tepat, rasanya. Saya dan suami masih menggunakan 2 bahasa secara campur sari (Inggris dan Indonesia), sepengetahuan kami hal tersebut dapat memberi kebingungan pada anak sehingga dapat mempengaruhi kecepatan mereka berbicara. Materi bacaan pendukung latihan berbicara dan membaca juga masih campur aduk dalam dua bahasa tersebut. Saya belum menemukan tulisan pendukung untuk pro atau kontra atas topik ini. Semoga akan ada yg mau memberi komentar saran pada tulisan ini.