Anak: mulai berbicara & pengaruh media

Posted by LeonnieFM at 11:47 AM

Kepindahan kami sekeluarga ke rumah yang baru memberi suatu masalah baru terutama bagi Immi. Perempuan cilik berusia 2,5 tahun ini sedang asik mengumpulkan banyak kosa kata baru di lidahnya. Immi membeo semua kata yang terlontar ke telinganya walau kadang hasilnya tidak sesuai harapan pendengarnya.
Mandi : madi
Window : migow
Monkey : mogen (Immi adalah kependekan dari Imogen, walah!)
Makan : megan
Rumah baru ini dihuni oleh semua penghuni rumah lama kecuali sambungan televisi berlangganan yang menyiarkan Playhouse Disney, siaran televisi favoritnya. Sialnya televisi berlangganan yang diselenggarakan oleh rekanan pengelola apartment hunian kami sekarang tidak punya channel tersebut di daftarnya. Tidak soal apa kata orang soal balita menonton telivisi, misi Playhouse untuk membantu balita (dan orangtuanya) untuk belajar berbicara, membaca, berhitung sampai sopan santun dan budaya, bagi kami tepat sasaran. Jujur saya lebih merelakan anak-anak saya berbahasa Inggris lebih baik dari pada bahasa Indonesia sebagai konsekwensi jika televisi lokal tidak mampu menyajikan tontonan sehat bagi anak-anak. Televisi lokal yang katanya menyasar khusus kepada anak-anakpun masih sangat terlihat setengah-setengah (kalau tidak seperempat-seperempat) dalam merealisasikan visi-misinya. Acara kacau balau tanpa tujuan dan dikemas sembarangan cuma jadi bukti ketidak-mampuan pemilik mengelola usahanya. A complete waste of resources!

"Kesialan" itu tidak boleh diratapi terus menerus, apalagi kamikan masih tetap ingin jadi orang tua yang baik untuk Immi dan kedua anak kami yang lain. Kami terus berusaha meningkatkan keterlibatan kami agar Immi terus memiliki kosa kata baru setiap harinya. Bujukan produsen susu yang diminum Immi untuk menggunakan metode Glenn Doman untuk mengajarinya membacapun dilakoni. Sejauh ini saya melihat metode ini positif karena metode ini mengesampingkan ujian bagi anak. Jargonnya yang mengatakan bahwa mendidik adalah memberi, terus saya pegang teguh.

Di belakang Immi menguntit Ilya, si cerewet berumur 9 bulan, kosa kata pertamanya adalah "mama" - menurut beberapa tulisan lain, bayi mulai mencoba berbicara pada umur ini atau lebih awal. Ilya tertarik memperhatikan bibir yang bergerak dan berusaha menggerakan bibirnya juga. Dia juga sangat menyukai momen-momen di mana dia diajak ngobrol. Ilya akan rela berebut laptop mainan yang mengeluarkan suara alpabet karena ketertarikan besarnya pada suara. Omong-omong, laptop mainan hadiah dari sebuah bank itu jadi media lumayan hebat untuk menambah kosa kata Immi. Selain membeo kosa kata yang disuarakan sang mainan, Immi juga belajar mengoperasikan alat, berhubung benda ini punya hampir 30 mode yang perlu memasukan sejumlah angka untuk memainkan mode pilihan. Hari demi hari beo-an Immi semakin sesuai dengan bunyi awal, Monkey tidak lagi di-beo-kan "mogen" melainkan monkey.

Permasalahan kami soal anak dan berbicara tidak berhenti di sana. Pengaruh sekitar anak-anak kami sekarang masih belum dalam format yang tepat, rasanya. Saya dan suami masih menggunakan 2 bahasa secara campur sari (Inggris dan Indonesia), sepengetahuan kami hal tersebut dapat memberi kebingungan pada anak sehingga dapat mempengaruhi kecepatan mereka berbicara. Materi bacaan pendukung latihan berbicara dan membaca juga masih campur aduk dalam dua bahasa tersebut. Saya belum menemukan tulisan pendukung untuk pro atau kontra atas topik ini. Semoga akan ada yg mau memberi komentar saran pada tulisan ini.


0 comments: