LeonnieFM.com

Posted by LeonnieFM at 11:51 AM

Friends, thank you for visiting 3Popok. I have moved everything and will post my future writings in LeonnieFM

Teman semua, terimakasih untuk kebersamaannya selama ini. Kunjungan anda semua ke blog ini teramat sangat berharga. Saya tidak berniat menutup blog ini karena begitu banyak alasan penting dan positif, namun selanjutnya saya akan lebih konsentrasi membangun:
Di sana kedua blog saya terdahulu akan disatukan. Untuk pembaca 3Popok, saya menampung semua artikel dalam 1 kategori yaitu 3Popok yangs seterusnya akan saya upayakan diisi oleh informasi-informasi seputar wanita, anak dan keluarga dalam bahasa Indonesia, karena memang sejak awal saya bercita-cita memiliki sebuah wacana berbagi informasi membangun kepada wanita Indonesia.

Silahkan tinggalkan pesan pada shoutmix-box yang tersedia di sidebar, jika anda memiliki situs dengan misi sejenis. Saya ingin mencantumkan situs anda dalam blogroll saya.

Sampai berjumpa di LeonnieFM.com

Tepuk Tangan untuk kita: Penutupan Fasilitas Download dan Upload Data Siswa

Posted by LeonnieFM at 9:18 PM

Kami baru saja membuka situs Diknas di mana sebelumnya kami dapat dengan bebas mengunduh data siswa lengkap, kini bukan saja hanya tersedia data yang telah dihilangkan sebagian (tanpa alamat dan tempat/tanggal lahir), tapi juga telah muncul sebuah pop-up bertuliskan:

Mohon maaf fasilitas download data siswa secara online real time
telah ditutup. Selanjutnya mohon menghubungi Kantor Dinas
Pendidikan Kota/Kabupaten setempat untuk melakukan verifikasi dan
validasi data siswa dimaksud. Mohon maaf atas ketidaknyamanan
layanan online ini.

Ttd.
Admin Dapodik



Di halaman muka situs itu juga tersedia pengumuman ini:

Pengumuman

Penutupan Fasilitas Download dan Upload Data Siswa

Berkenaan dengan berakhirnya jangka waktu upload pemutakhiran data siswa (NISN) dan sekolah (NPSN) per 1 Oktober 2008 dan proses verifikasinya. Seiring juga dengan masukan dari masyarakat terkait dengan kerahasiaan data maka fasilitas download dan upload detil data siswa secara online real time ditutup. Khusus upload data siswa dapat dilakukan hanya untuk tingkat 1, 7 dan 10.

Untuk selanjutnya bagi para sekolah, siswa dan para orangtua siswa yang berkepentingan melakukan pemantauan validasi dan verifikasi detil data terkait dapat dilakukan secara offline melalui Kantor Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten setempat. Adapun untuk segala masukan dan laporan masyarakat terkait dengan validitas data siswa dan sekolah dapat disampaikan langsung ke Kantor Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten di wilayah kerja masing-masing.

Mohon maaf atas ketidaknyamannya pada layanan online ini dan mohon senantiasa peran aktif masyarakat untuk memantau ketersediaan data pokok pendidikan agar selalu akurat dan valid untuk masa depan online kemajuan pendidikan Indonesia.

Ttd
Admin Dapodik


Berita ini adalah berita terbaik dalam minggu ini sehubungan dengan blunder Diknas dan data NISN siswa-siswi Indonesia yang sudah mulai kami protes sejak Sabtu, 10 Oktober 2008 setelah membaca posting di blog Treespotter.

Masih ada beberapa hal lain yang perlu sama-sama kita check dan awasi untuk beberapa saat ke depan, namun saat ini mari kita berikan tepuk tangan yang meriah untuk kita semua. Untuk suara yang kita buat secara bersama-sama.

Tepuk tangan untuk Treespotter, Fajar Jasmin, Budi Putra, Pitra Satvika, Avianto dan juga Khalid Mustafa, yang dengan daya upaya masing-masing menyuarakan hal ini.

Tepuk tangan juga untuk semua blogger yang masing-masing tulisannya telah ikut menjadi suara bagi keinginan kita melindungi anak-anak Indonesia dari berbagai kemungkinan buruk yang dapat tercipta karena data yang sedianya online.

Tepuk tangan untuk semua pengelana maya di Plurk dan Twitter juga semua anggota mailing list apapun yang bersedia untuk bersuara dan meneruskan suara-suara kami.

Dan tak kalah penting, mari beri tepuk tangan untuk Dapodik dan Diknas untuk keterbukaan mereka atas kritik dan langkah kongkret yang dilakukan.

Tepuk tangan untuk kita semua karena kita minggu ini telah berbuat sesuatu untuk Indonesia kita yang tercinta.

Hentikan: Data Siswa Indonesia online!

Posted by LeonnieFM at 8:41 AM

Note: Posting ini terus diupdate sesuai perkembangan.

Saya mendapat berita ini lewat Fajar Jasmin melalui jaringan Twitter-nya; Treespotter. Dan saya secara dengan antena was-was yang tinggi terpancang, meneruskan berita ini kepada pembaca sekalian:
Departmen Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah menyediakan secara online data 36 juta sekian pelajar Indonesia. Data lengkap dalam format XLS berisi nama siswa, nomer induk dan alamat tinggal. Seperti kedua penulis terdahulu, saya tidak akan memberikan tautan kepada depdiknas dan data tersebut dengan alasan yang sama.
Saya bersama Fajar Jasmin pagi ini telah mengunduh salah satu file tersebut dan menemukan bahwa memang benar terisi data-data siswa seperti tersebut di atas.

Anak-anak saya memang [belum] terdaftar dalam data tersebut, namun saya juga tidak akan berhenti mengusung masalah ini sampai pihak terkait berbuat sesuatu atas kondisi ini.

Jika anda peduli akan keselamatan anak anda yang bisa jadi terdaftar bersama di sana, saya mohon, suarakanlah berita ini kepada komunitas anda. Jangan biarkan tangan-tangan tak bertanggung jawab memiliki akses untuk menyentuh anak-anak kita. Jangan biarkan negeri ini menjadi tanah impian bagi penculik dan peleceh anak.

Saya tidak ingin bersikap negatif, namun saya yakin bahwa anak-anak sudah layak dan sepantasnya mendapat perlindungan maksimal dan dijauhkan dari pertukaran data secara tidak perlu seperti yang dilakukan oleh Depdiknas. Jika dalam pandangan Depdiknas, data itu perlu dipertukarkan, maka sudah seharusnya mereka memikirkan cara yang jauh lebih aman dan sepatutnya agar hanya dapat diakses oleh yang sungguh-sungguh berkepentingan.

Berita asal:
Update: Jim Geovedi menulis soal fakta ini di bulan April 2008! Dan menambahkan update soal privasi setelah tulisan-tulisan di atas dimuat.

Update, reaksi lain dari blogosphere:
12 Oktober 2008:
Saya pribadi turut berterima kasih kepada Pitra Satvika yang telah ikut bersuara lantang dan menuliskan e-mail langsung kepada salah satu petinggi Diknas untuk menyampaikan kekhawatiran akan tersedianya data tersebut dan kemungkinan penyalahgunaannya. Terimakasih juga kepada Boy Avianto yang telah mengirimkan SMS kepada jaringan terkaitnya dan ikut bersuara menentang kesembronoan Diknas.

Beberapa suara yang muncul lewat ranah micro-blogging membuat saya gatal:
- Pemberian tautan situs Diknas dan contoh data terunduh: Jika dikatakan tanpa tautan dan contoh file; kami disebut pembohong dan penyebar isu: Pertama saya katakan, kami sudah melakukan verifikasi atas keberadaan data & keabsahannya. Kedua, pahami dulu inti permasalahannya sebelum anda melontarkan ucapan apapun! Kami menyuarakan ini agar data tersebut ditarik dari situs Diknas bukan ingin menyebarluaskannya!

- Data tersebut tidak 100% valid: saya tidak peduli bahkan jika hanya ada 1 nama yang datanya bisa diverifikasi benar. Inti dari semua protes ini adalah keberadaan data pribadi yang secara bebas dapat diunduh adalah suatu pelanggaran. Pelanggaran terhadap privasi, suatu ketidak patutan yang sangat tidak etis, yang kemudian dapat berdampak bagi keselamatan anak-anak yang belum memiliki kemampuan membela diri.
Beberapa rekan blogger saya mendapati nama anak-anak mereka tercantum di sana. Data mereka valid.

Saya protes akan cara berfikir dan kebijakan yang dipakai oleh Diknas sehingga mereka menempatkan data-data tersebut secara online dan dapat diunduh. Apapun argumentasi mereka, sudah selayaknya TIDAK berada di atas keamanan anak-anak kita.
Dengan demikian saya juga menentang mereka yang beranggapan bahwa jika data itu hanya sebatas nama & alamat dan bukan nomor rekening bank adalah tidak perlu diperdebatkan. Maka saya tidak akan menjawab dengan bagaimana saya bermodal nama lengkap seseorang bisa muncul di depan hidungnya lengkap dengan pengetahuan akan gaya hidup dan aktifitasnya. Saya lebih baik mengatakan bahwa orang yang beranggapan demikian lebih baik menyibukan diri untuk mencari cara menteleport dirinya ke abad 21 daripada hidup di jaman batu.

-Mengapa harus kita yang repot?: Karena yang paling utama adalah hal ini menyangkut anak-anak kita. Manusia-manusia yang akan meneruskan semua warisan kita dan akan membangun negeri ini. Manusia-manusia yang lahir dari kita semua dan belum mampu membela diri mereka sendiri. Dan jelas sudah, departemen yang seharusnya membantu kita mendidik mereka dan melindungi mereka dalam tahun-tahun pendidikan formal mereka-lah yang justru telah dengan sangat ceroboh menempatkan keamanan mereka dalam posisi yang sangat rentan.
Seberapapun lelahnya kita akan kondisi bangsa dan pemerintah kita, sikap untuk bungkam dan tidak mau tahu tidak akan membawa bangsa ini kepada titik yang lebih baik. Dan perlu saya garis bawahi bahwa sikap bungkam dan tidak mau tahu itu akan memberi kontribusi tambahan kepada rentannya keamanan anak-anak kita.

Suarakan dukungan anda, gunakan media apapun yang anda pilih. Suarakan hingga data itu tidak tersedia lagi secara terbuka.

----------------------------------
13 Oktober 2008:
DetikInet ikut menulis di situsnya tentang ramainya perbincangan dan protes terhadap Diknas oleh para blogger. Tulisan saya, tresspotter dan Budi Putra ikut dikutip. Semoga berita ini terus bergulir hingga sebuah langkah kongkret oleh Diknas dibuat.

Jam 3 sore terima berita dari Pitra Satvika lewat Plurk, bahwa situs di mana data itu bisa diunduh sudah tidak dapat diakses. Pastinya hanya sementara, tapi semoga setelah situs itu online kembali, data yang kita protes keberadaannya telah lenyap. Saya juga berusaha masuk ke sana dan tidak bisa.

DetikInet rupanya juga punya tulisan terkait dengan yang sudah disebutkan di atas berisi tanggapan Kepala Pusat Infomasi dan Humas Diknas Muhajir. Beliau mengatakan, keputusan untuk menyediakan jutaan data privasi tersebut dilatarbelakangi dari adanya Undang-undang Nomor 14 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Dan artikel ditutup dengan pernyataan tambahan sang humas yang bunyinya:
"Tapi ini kan masih sebatas kekhawatiran, sudah terbukti belum? Kalau sudah terbukti silahkan diinformasikan, kami di diknas siap menampung keluhan,"
OOOOOOOOOOOOO wait, pak! Membela diri berbekal UU nomer sekian saja saya tidak terpesona karena untuk apapun kebijakan dibuat dan apapun dasarnya, sudah layak dan sepantasnya tidak luput dari memperhatikan kaedah-kaedah seperti privasi apalagi sampai menjudikan keselamatan anak-anak. Ditambah dengan bicara soal bukti? Pak, saya tadi sudah meninggalkan komentar yang saya jamin sopan dan dimulai dengan ucapan terimakasih. Berhubung komentar yang dimoderasi harus bergaya tabloid picisan (seperti komentar kedua saya yang malah dipasang) maka saya coba tulis ulang disini tapi maaf saya sudah tidak bisa bersikap sopan apalagi berterimakasih untuk tanggapan bapak di Senin yang panas ini:
  1. Kebijakan setengah-setengah dan tanpa perhitungan sangat menunjukan kaliber anda dan kementrian yang anda huni. Ya, saya juga bicara termasuk untuk data yang dihapus setengah (alamat, tempat tanggal lahir) sore tadi.
  2. Seperti layaknya teknologi yang kementrian anda miliki itu, lidah juga adalah alat pak. Kalau salah pakai bisa kacau hasilnya. Kalau tidak mengerti bagaimana memakai dengan layak, sebaiknya bapak belajar lagi dulu.
Demikianlah terakhir saya berhasil masuk kembali ke situs Diknas dan berhasil mengunduh lagi data siswa yang kini telah bersih dari alamat dan tempat-tanggal lahir. Apa saya puas? TIDAK! Data itu harus tidak lagi tersedia terbuka! Data itu harus hilang dari jejak mesin pencari. Titik.

UPDATE:
Penutup seluruh blunder di atas adalah tepuk tangan untuk kita semua. Berita baik dengan ditutupnya akses mengunduh dari situs Diknas oleh admin Dapodik pada tanggal 15 Oktober 2008 boleh membuat kita berbangga atas suruh daya upaya kita dan tanggapan Diknas yang relatif cepat. Bravo!


Rancu Istilah: ketidak-pekaan bahasa dan lingkungan

Posted by LeonnieFM at 5:37 PM

Si kecil Immi sedang asyik belajar bicara dengan membeo semua kata yang dia dengar. Hasilnya sering kali tidak sesuai dengan contoh awalnya. Seluruh proses ini sangat asyik diperhatikan sekaligus lucu seperti ketika dia mengucapkan 'Mogen' saat seharusnya 'monkey' yang terucap. Hal itu lucu bukan kepalang buat kami yang mengetahui bahwa Mogen adalah sebagian kecil dari namanya sendiri.

Seluruh proses membeo si kecil Immi sekaligus membuat kami jadi sangat berhati-hati memilih kosa kata untuk dipergunakan di depannya, begitu juga dengan acara di TV. Seluruh siaran yang penuh caci maki beserta adegan kasarnya sedapat mungkin dihindari. Sangat tidak lucu kalau Immi sampai mengucapkan kata-kata makian itu saat ia belum mampu mengerti kenapa ia tidak boleh mengulangnya lagi.

Wacana berbahasa dan berbicara akhir-akhir ini jadi sebuah perhatian buat saya, bukan hanya menyangkut Immi, tapi lebih banyak karena keresahanku tentang betapa rancunya manusia menggunakan nikmat yang satu ini. Pemborosan kosa kata sampai rendahnya kepekaan (dan pengetahuan) dalam pemilihan istilah.

Saya yakini bahwa kemampuan berbicara adalah sebuah anugerah. Bahasa adalah sebuah ilmu pengetahuan dan budaya yang maha kaya. Namun fakta yang sudah tidak perlu diperdebatkan itu kini menjadi tidak lagi berharga bagi begitu banyak orang sehingga dengan mudah dibuat rancu dan dipergunakan seenak udel saja.

Mentang-mentang lahir tidak bisu-tuli dan sudah mengenyam bangku sekolahan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia, banyak orang merasa mereka bisa seenaknya bermain dengan kemampuan berbicara dan bahasa, tanpa menyadari bahwa yang mereka lakukan layaknya memainkan sebuah senjata tajam secara sembarangan.

Berbagai istilah dan singkatan diputar balik dan dipergunakan tanpa memikirkan kondisi dan lingkungan apalagi perasaan orang lain.
  • "gila, mata lo cina amat, man!"
  • "ke toilet dulu ya,.. HIV nih!" (Hasrat Ingin Vivis)
  • "lagi autis tuh, mojok sendirian."
  • "makanya cari gaji gede donk, biar ga kanker mulu"
Pastinya asyik kalau kita bisa jadi bagian dari orang-orang yang trendy, tidak ketinggalan jaman. Memakai baju mode terbaru, punya handphone edisi paling gress dan berbicara menggunakan istilah-istilah dan slang-slang terkini. Pernah terpikir mode terbaru belum tentu cocok untuk bentuk tubuh kita? Gadget terbaru penuh dengan feature yang telah dimiliki di gadget yang lama.

Pernah terpikir bahwa cara kita berbicara, pilihan dan kumpulan kosa kata yang kita gunakan menunjukan siapa kita sesungguhnya? Bagaimana kita baik terdidik dan kepekaan kita. Sayangnya kinipun banyak orang yang begitu tinggi sekolah namun sangat rendah berbahasa dan kepekaannya.

Teknologi begitu hebat dan berjarak hanya di ujung jari, kalau kita tidak tahu apa itu Autisme, cukup di-google saja. Pengetahuan begitu mudah untuk didapat. Namun begitu rendah kepekaan orang sehingga lebih asyik kalau ikut menggunakan istilah Autis untuk sekedar menggambarkan kesendiriannya daripada mencari di google dan mendapat pengetahuan baru. Tidak perlu peduli bahwa mungkin seorang dalam satu ruangan kerjanya sedang berjuang bersama si kecil di rumah yang terdiagnosa Autis. Tidak perlu peduli bahwa Autisme adalah sebuah kondisi yang sedang menjadi perhatian begitu banyak orang tua di muka Bumi karena meningkatnya penderita Autis secara drastis dalam 30 tahun terakhir. Bahwa 1 dari 166 anak didiagnosa Autis dalam berbagai skala (Understanding Autism for Dummies; 2006).

Saat sebuah istilah, kosa kata dipakai secara sembarangan. Saya meyakini bahwa bukan hanya menunjukan minimnya kepekaan sang pengguna tapi juga terjadi pembodohan karena penularan penggunaan istilah itu kemudian tidak didukung dengan penularan pengetahuan dan kebenaran atas istilah yang digunakan. Pengertian akan istilah menjadi simpang siur tanpa kepekaan dan keinginan meluruskan kebenarannya. Bergulir di ruang publik dan menjadi makin rancu.

Saat kita melakukan pemborosan uang, mungkin barang yang terbeli bisa dijual lagi. Jika tidak, barang masih dapat digunakan atau diberikan pada yang membutuhkan. Jika kita melakukan pemborosan kata-kata dengan kepekaan rendah dan menyakiti orang lain........... cukupkah hanya kata maaf yang kemudian diucapkan? Tanpa menumbuhkan kepekaan kemudian mengulang hal yang sama dengan kata-kata yang berbeda, kata maaf yang telah terucap menjadi sebuah pemborosan lagi.